Ivan
Pavlov
Ivan
Petrovich Pavlov (bahasa Rusia: Иван Петрович Павлов) (14 September 1849 – 27 Februari 1936)
adalah seorang fisiologdan dokter dari Rusia. Ia
dilahirkan di sebuah desa kecil di Rusia tengah. Keluarganya mengharapkannya menjadi pendeta,
sehingga ia bersekolah di Seminari Teologi.
Setelah membaca Charles Darwin, ia
menyadari bahwa ia lebih banyak peduli untuk pencarian ilmiah sehingga ia
meninggalkan seminari ke Universitas St.
Petersburg. Di sana ia belajar kimia dan fisiologi, dan
menerima gelar doktor pada 1879. Ia
melanjutkan studinya dan memulai risetnya sendiri dalam topik yang menarik baginya: sistem pencernaan dan peredaran
darah. Karyanya pun terkenal, dan diangkat sebagai profesor fisiologi di Akademi Kedokteran
Kekaisaran Rusia.
Karya
yang membuat Pavlov memiliki reputasi sebenarnya bermula sebagai studi dalam
pencernaan. Ia sedang mencari proses pencernaan pada anjing,
khususnya hubungan timbal balik antara air ludah dan kerja perut. Ia
sadar kedua hal itu berkaitan erat dengan refleks dalam sistem saraf otonom.
Tanpa air liur,
perut tidak membawa pesan untuk memulai pencernaan. Pavlov ingin melihat bahwa
rangsangan luar dapat memengaruhi proses ini, maka ia membunyikan metronom dan di saat yang sama ia mengadakan percobaan makanan anjing. Setelah beberapa saat, anjing itu -- yang hanya sebelum
mengeluarkan liur saat mereka melihat dan memakan makanannya -- akan mulai mengeluarkan
air liur saat metronom itu bersuara, malahan jika tiada makanan ada. Pada 1903 Pavlov menerbitkan hasil eksperimennya dan menyebutnya "refleks terkondisi," berbeda dari refleks
halus, seperti. Pavlov menyebut proses pembelajaran ini (sebagai contoh, saat sistem saraf anjing menghubungkan suara metronom dengan makanan)
"pengkondisian". Ia juga menemukan bahwa refleks terkondisi akan
tertekan bila rangsangan ternyata terlalu sering "salah". Jika
metronom bersuara berulang-ulang dan tidak ada makanan, anjing akan berhenti
mengeluarkan ludah.
Pavlov
lebih tertarik pada fisiologi ketimbang psikologi. Ia
melihat pada ilmu psikiatri yang masih baru saat itu sedikit meragukan. Namun ia sungguh-sungguh
berpikir bahwa refleks terkondisi dapat menjelaskan perilaku orang gila.
Sebagai contoh, ia mengusulkan, mereka yang menarik diri dari dunia bisa
menghubungkan semua rangsangan dengan luka atau ancaman yang mungkin. Gagasannya memainkan peran besar dalam teori
psikologi behavioris, diperkenalkan oleh John Watson sekitar 1913.
Pavlov
amat dihormati di negerinya sendiri -- baik sebagai Kekaisaran Rusia maupun Uni Soviet -- dan di seluruh dunia. Pada 1904, ia
memenangkan Penghargaan Nobel
dalam Fisiologi atau Kedokteran dalam penelitiannya tentang pencernaan. Ia adalah orang yang terang-terangan dan sering
bersilang pendapat dengan pemerintah Soviet dalam hidupnya, namun karena reputasinya, dan juga karena bangganya
penduduk senegerinya kepadanya, membuatnya terjaga dari penganiayaan. Ia aktif
bekerja di laboratoriumsampai kematiannya dalam usia 86.
Teori Belajar dan Eksperimen Ivan Petrovich
Pavlov
a. Teori
Conditioning
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang
behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons
dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Classic conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus
netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons).
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh
pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari
perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral
dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan
tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti
yang benar jika ia berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan
menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah
sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki
kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara
hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Eksperimen
Pavlov
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan
(UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak
merespon atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah
makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing
akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara
berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan
makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur
dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk
membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon
dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada
awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan
stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan
sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel)
untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction
atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa
eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
1.
Stimulus tidak terkondisi
(UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat
menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2.
Stimulus terkondisi (CS),
Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak
terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan
dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3.
Respons tidak terkondisi
(UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya.
Contoh: mengeluarkan air liur
4.
Respos terkondisi (CR),
refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh:
keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
Kesimpulan yang didapat
dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada
rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya
proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya
dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan
dengan rangsang berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat
dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian
dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned
refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks
bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air
liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap
seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1.
Law of Respondent
Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
2.
Law of Respondent
Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka
kekuatannya akan menurun
Demikianlah maka menurut
teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar
haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar
menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan
yang continue(terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah
hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
Menilik psikologi behavioristik menggunakan
suatu pendekatan ekperimental, refleksiologis objektif Pavlov tetap merupakan
model yang luar biasa dan tidak tertandingi.
b. Teori
Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar
semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan
yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya
perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh
faktor-faktor lingkungan.Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada
tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi
respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku
mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri
dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku
adalah hasil belajar.
Penerapan Teori dalam Kehidupan Sehari-Hari
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala
tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil daripada conditioning.
Yaitu hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap
syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam
kehidupannya. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov
terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif. Dasar
penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah Behaviorisme.
Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara objektif. la
menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri. Watson
menggunakan teori Classical Conditioning untuk semuanya yang
bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses
mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan
tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh
dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan
wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode
dengar ucap.
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi
yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim
yang berkeliling dari rumah ke rumah.Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi
setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa
menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas.Bayangkan, bila tidak
ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan
dagangannya. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau
tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan
bunyi-bunyian dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering
lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank
tanpa harus berdiri lama.Contohlain adalahuntuk menambah kelekatan dengan
pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat
(UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah
coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat
pemberian anda. Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara
berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa
memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat suka (CR)
dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS,
UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh pavlov. Contoh lain
bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa
disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari
pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah,
bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus
berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa
dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui
cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Aplikasi Teori Belajar
Pavlov dalam Pembelajran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan
teori belajar menurut Pavlov adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
1.
Mementingkan pengaruh
lingkungan
2.
Mementingkan bagian-bagian
3.
Mementingkan peranan reaksi
4.
Mengutamakan mekanisme
terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
5.
Mementingkan peranan
kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
6.
Mementingkan pembentukan
kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
7.
Hasil belajar yang dicapai
adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang
menggunakan paradigma Pavlov akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan
secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi
singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil
yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera
diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori belajar
Pavlov ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang
diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif.Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
kritik terhadap teori belajar Pavlov adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori Pavlov mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
kritik terhadap teori belajar Pavlov adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori Pavlov mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya,
contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi
dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam
suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran
yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa
yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar,
dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Kelemahan dari teori conditioning ini
adalah, teori ini mengangaap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secarab
otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan
latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa
dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada
pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih
dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini
memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori
ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam
belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai
pembiasaan pada anak-anak kecil
mungkin bisa ditambahkan bagian daftar pustakanya
BalasHapus