Skinner
Burrhusm Frederic Skinner (lahir di Susquehanna, Pennsylvania, 20 Maret 1904 – meninggal
di Massachusetts, 18 Agustus 1990pada
umur 86 tahun) adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme. Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat
rangsangan dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan "cara kerja yang
menentukan" (operant conditioning). Setiap makhluk hidup pasti
selalu berada dalam proses bersinggungan dengan lingkungannya. Di dalam proses itu, makhluk hidup menerima rangsangan atau stimulan
tertentu yang membuatnya bertindak sesuatu. Rangsangan
itu disebut stimulan yang menggugah. Stimulan tertentu menyebabkan manusia
melakukan tindakan-tindakan tertentu dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu.
Skinner
menempuh pendidikan dalam bidang Bahasa Inggris dari Hamilton College. Beberapa
tahun kemudian, Skinner menempuh studi dalam bidang psikologi di Universitas
Harvard. Pada tahun 1936, Ia mengajar di Universitas
Minnesota, dan pada tahun 1948, ia mengajar di Universitas Harvard sampai akhir
hayatnya. Salah satu buku terbaik
dalam bidang psikologi yang ditulisnya adalah Walden II.
Eksperimen Skinner
Operant Conditioning
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner
menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang disebut dengan
Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam komponen pokok, yaitu
manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah
makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya
berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang
jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu
mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda
yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus
yang demikian disebut dengan ‘’ emmited behavior ” (tingkah laku yang
terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organism tanpa memedulikan
stimulus tertentu. Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti cakaran
kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini
mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul merupakan
reinforce bagi tikus yang disebut dengan tingkah laku operant yang akan terus
meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan berupa
butiran-butiran makanan kedalam wadah makanan.
Teori belajar operant conditioning ini juga
tunduk pada dua hukum operant yang berbeda lainnya, yaitu law operant conditioning
dan law extinction. Menurut hukum operant conditioning, jika suatu tingkah
diriingi oleh sebuah penguat (reinforcement), maka tingkah laku tersebut
meningkat. Sedangkan menurut hukum law extinction, jika suatu tingkah laku yang
diperkuat dengan stimulus penguat dalam kondisioning, tidak diiringi stimulus
penguat, maka tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Kedua
hukum ini pada dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik
(classical conditioning).
Skinner membedakan perilaku atas :
1.
Perilaku alami (innate behavior), yang
kemudian disebut juga sebagai clasical ataupun respondent behavior, yaitu
perilaku yang diharapkan timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik,
perilaku yangbersifat refleksif.
2.
Perilaku
operan (operant behavior), yaitu perilakuyang
ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mataditimbulkan
oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan.
Skinner yakin jika kebanyakan perilaku manusia
dipelajari lewat Operant Conditioning atau pengkondisian operan, yang kuncinya
adalah penguatan segera terhadap respons. Operant Conditioning adalah suatu
proses penguatan perilaku yang dapatmengakibatkan perilaku tersebut dapat
berulang kembali atau menghilang sesuaidengan keinginan.
Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam
Operant Conditioning yang dinamakan dengan"Skinner Box" dan tikus
yang merupakan subjek yang sering digunakandalam percobaanya.
Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh
Skinner dalam Laboratorium, seekor tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner
Box, kemudian binatang tersebut akan akanmenekan sebuah tuas yang akan
membukakan dulang makanan, sehingga diperolehpenguatan dalam bentuk makanan. Di
dalam setiap keadaan, seekor binatang akanmemperlihatkan bentuk perilaku
tertentu; tikus tadi misalnya, akanmemperlihatkan perilaku menyelidik pada saat
pertama kali masuk kedalam Box,yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan
membauinya sambil melihat-lihat kesekelilingnya. Secara kebetulan, dalam
perilaku menyelidik tersebut tikusmenyentuh tuas makanan dan makanan pun
berjatuhan. Setiap kali tikus melakukanhal ini akan mendapatkan makanan;
penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan tersebut, sehingga tikus
tersebut akan menghubungkan perilaku tertentudengan penerimaan imbalan berupa
makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akanbelajar bahwa setiap kali menekan tuas
dia akan mendapatkan makanan dan tikustersebut akan sering kali mengulangi
perilakunya, sampai ada proses pemadamanatau penghilangan dengan menghilangkan
penguatannya.
Dalam eksperimen Skinner tersebut terdapat
istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai reinforcementyaitu, setiap
kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan adanya
respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yangberupa penguat
adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basicdriver, seperti
makanan yang dapat memuaskan rasa lapar atau air yang dapatmenuatkan rasa haus)
namun tidak harus selalu demikian.
Pada manusia, penguatan sering salah sasaran
sehingga pembelajaran menjadi tidak effisien. Masalah lain dengan pengkondisian
manusia adalah penentuan manakahkonsekuansi-konsekuensi yang menguatkan dan
manakah yang melemahkan. Karena bergantung pada sejarah individu, penguatan dan
disiplin terkadang dapatmenjadi penguatan sedangkan ciuman dan pujian dapat
menjadi hukuman.
Dalam penguatantersebut dibedakan antara
pengutan positif dan negatif.
·
Penguatan
positif adalah stimulus yang
apabila diberikan sesudah terjadinya respon, meningkatkan kemungkinan respon
tersebut.
-> Respon
1
/
S (Rangsang) ---> Respon
2 --> Penguatan
\
-> Respon
3
Menjadi :
S(Rangsang) --> Respon
2 berulang-ulang
·
Penguatan
negatif adalah stimulus yang
dihapuskan sesudah responnyatimbul, meningkatkan kemungkinan adanya respon;
shock elektrik dan bunyi yangmenyakitkan digolongkan sebagai penguat negatif
dan sebagai penguat negatifjika penguat itu dapat ditiadakan ketika timbul
respon yang diinginkan.
-> Respon
1 --> Shock
elektrik
/
S (Rangsang) --> Respon2
\
-> Respon3 --> Shock
elektrik
Menjadi :
S
(Rangsang) --> Respon2
Adapun Jenis-Jenis Penguat Skinner dikategorikan, sbb;
1.
Penguat
utama (Primary reinforcers) adalah penguat
yang memengaruhi perilaku tanpa perlu belajar, seperti: makanan, minuman, seks.
Ini disebut penguat alami.
2.
Penguat
sekunder (Secondar reinforcers). Adalah
penguat yang membutuhkan tenaga penguat karena sudah diasosiasikan
dengan penguat utama, seperti memuji seseorang.
Tadi telah diuraikan
bahwa bagaimana seekor tikus dalam Skinner Box yang menekan tuas akan menerima
butir-butir makanan setiap kali tikus tersebut melakukannya. Apabila kita
menghentikan pemberian penguatan ini, perilaku penekanan tuas pun secara
bertahap akan menghilang, biasanya hanya beberapa menit setelahpenghentian
penguatan. Apa yang membuat Operant Conditioning ini penting untuk menjelaskan
belajar adalah pengembangan jadwal penguatan yang dilakukanoleh Skinner. Jadwal
ini merupakan bentuk lain dari penyajian penguatan yang dihasilkannya perbedaan
pada taraf respons (respons rate), yaitu taraf penekanan tuas oleh tikus tadi,
maupun pada taraf penghapusan (extinctionrate), yaitu terhapusnya perilaku penekanan
tuas. Jadwal penguatan inilahyang membuat Operant Conditioning menjadi bentuk
belajar yang sangatFleksibel. Setiap respons yang pada suatu saat dapat
dibiasakan dan dapat juga diakhiri sesuai dengan keinginan kita, dan ini
tercapai dengan melalui beragam jadwal pengautan.
Penguatan dapat dialakukkan kepada
perilaku entah melalui jadwal yang berkesinambungan atau sebentar-sebentar.
Dalam jadwal-penguatan-berkesinambungan (continous schedule), organisme
diperkuat untuk setiap responnya. Jenis penjadwalan ini dapat meningkatkan
frekuensi respons sekalipun pemakaian penguat kadang-kadang tidak efisien.
Skinner kemudian mengusulkan jadwal-penguatan sebentar-sebentar (intermittent
schedules) yang bukan hanya lebih effisien menggunakan penguat, tetapi juga
menghasilkan respons yang lebih resisten terhadap pemadaman. Melaui
intermittent schedule Skinner mengidentifikasi dua macam penguatan yaitu
penguatan berjangka (Interval reinforcement ) dan penguatan berbanding ( ratio
reinforcement).
· Interval reinforcement adalah
penguatan yang dijadwalkan atau yang muncul pada interval waktu yang telah
ditentukan. Contoh: seseorang memutuskan untuk memberikan permen hanya
jika orang tersebut tetap diam selama lima menit. Setelah
itu baru diberikan permen, tidak ada penguatan tambahan yang diberikan sampai
berlalu lima menit berikutnya.
· Ratio reinforcement adalah
penguatan yang muncul setelah sejumlah respon tertentu. Contoh: seseorang akan
memberikan permen pada seoranganak apabila anak tersebut menampilkan perilaku
patuh, setelah anak tersebutpatuh kemudian diberikan permen tersebut dan terus
seperti itu sehingga anaktersebut benar-benar patuh.
Penjadwalan tersebut terbagi lagi menjadi 4 jenis
penguatan jadwal, yakni :
·
Rasio
tetap (Fixed ratio), dimana penguatan
tergantungpada sejumlah respon yang terbatas. Artinya, mengatur pemberian
reinforcement sesudah respon yang dikehendaki muncul yang kesekian kalinya.
Misalnya, Pekerja diberikan bonus apabila mampu menghasilkan produk sesuai
target dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar (mampu mengikuti
prosedur)
Tujuan , membentuk perilaku bekerja yang efektif dan dengan tetap memperhatikan kualitas
Reinforcement, bonus
Tujuan , membentuk perilaku bekerja yang efektif dan dengan tetap memperhatikan kualitas
Reinforcement, bonus
·
Rasio
yang dapat berubah (variable ratio), dimana
sejumlah respon yang dibutuhkan untuk penguatan yang berbeda-berbeda dari
satu penguatan ke penguatan berikutnya. Misalnya, Pemberian bonus pada pekerja
dilakukan secara acak yaknipada periode tertentu pekerja diberikan bonus
apabila mampu memberikan performa kerja yang ramah dan menghasilkan produk
berjumlah 1000 unit, namun pada periode yang lain pekerja diberikan bonus
apabila telah mampu menghasilkan produk 2000 unit, dan pada waktu yang lain
pekerja mendapatkan bonus saat mampu menghasilkan produk 2500 unit.
Tujuan, membentuk perilaku bekerja dengan tidak selalu bergantung kepada bonus karena bonus akan diberikan sewaktu-waktu sehingga pekerja cenderung akan menampilakan performa kerjanya yang paling maksimal.
Reinforcement, bonus
Tujuan, membentuk perilaku bekerja dengan tidak selalu bergantung kepada bonus karena bonus akan diberikan sewaktu-waktu sehingga pekerja cenderung akan menampilakan performa kerjanya yang paling maksimal.
Reinforcement, bonus
·
Interval
tetap (fixed interval), dimana suatu
responmenghasilkan penguatan setelah jangka waktu tertentu (khusus).Misalnya,
Ujian tengah semester diberikan pada pertengahan semester (waktu telah
ditentukan). Mahasiswa akan belajar lebih sungguh-sungguh saat menjelang ujian
agar mendapat nilai yang baik.
Tujuan, membentuk perilaku belajar.Reinforcement, nilai yang baik (A)
Tujuan, membentuk perilaku belajar.Reinforcement, nilai yang baik (A)
·
Interval
yang dapat berubah (variable interval), dimana
penguatan tergantung pada waktu dan suatu respon, tetapiwaktu antara
penguatan berbeda-beda. Artinya, reinforcement diberikkan dalam waktu yang
tidak menentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikkan sama dengan
pengaturan tetap.Misalnya, dosen yang memberikan kuis tiba-tiba dalam
perkuliahan sehingga mahasiswa diharapkan selalu belajar agar apabila diadakan
kuis mendadak mereka akan siap dan dapat meraih nilai yang baik
Tujuan, membentuk perilaku belajar mahasiswa
Reinforcement, nilai yang baik (A)
Tujuan, membentuk perilaku belajar mahasiswa
Reinforcement, nilai yang baik (A)
/--> Fixed
Ratio
Ratio
/ \
--> Variable Ratio
/
Reinfocement
\
\ /--> Fixed
interval
Interval
\--> Variable
Interval
Extinction (pemadaman)
Meskipun sudah
dipelajari, respons masih dapat padam karena empat alasan berikut :
1.
Respons bisa dilupakkan
dalam beberapa waktu
2.
Respons dapat hilang jika
ada campur tangan dari proes pembelajaran lain sebelum atau sesudahnya
3.
Respon dapat hilang akibat
penghukuman
4.
Kecenderungan respon yang
sudah diperoleh sebelumnyauntuk menjadi progresif dan melemahkan respon
sesudahnya yang sudah tidak lagimendapatkan penguatan
Prinsip dari extinction dalampengkondisian
operan adalah penahanan pemberian reinforcement atau penghentian pemberian
reinforcement, artinya bila respon yang diinginkanterjadi, maka respon tersebut
tidak diikuti dengan pemberian reinforcement. Pada percobaan Skinner diatas,
penekanan tuas tidak lagi diikuti dengan munculnya makanan, maka secara
bertahap perilaku menekan tuas pada tikus akan hilang Generalisasi Stimulus
Unconditional Response dalam pengkondisian
klasikal, cenderung untuk muncul bila dihadapkan pada US (Unconditioned
Stimulus) yang mirip.
Demikian juga halnya dengan Pengkondisian
Operan. Bila stimulus atau event yang mengawali suatu respon itu mirip, maka
perilaku (respon) yang sama cenderung untukmuncul. Contohnya dapat kita lihat
dalam penelitian Skinner terhadap seekor burung merpati dalam kotak. Dalam
kotak tersebut ada "kunci" yangdapat diterangi oleh lampu. Saat lampu
dinyalakan (dan menerangi"kunci") burung mematuk "kunci"
tersebut, maka makanan akanmengalir dari lubang di bawah kunci. Untuk
kepentingan penelitian generalisasi stimulus, lampu yang menerangi
"kunci" diubah-ubah intensitasnya.Besar kecilnya peningkatan
tergantung dari kedekatan atau kemiripan stimulus atau situasi yang menimbulkan
respon.
Stimulus Diskriminasi
Diskriminasi stimulus bertujuan agar subjek
dapat melakukan perbedaan terhadap stimulus atausituasi yang dihadirkan agar
subjek hanya melakukan respon terhadap stimulusatau situasi yang sesuai. Dalam
pengkondisian operan, diskriminasi stimulus dilakukan dengan pemberian
reinforcement terhadap respon yang diinginkan dalam suatu situasi atau stimulus
yang sesuai dan tidak memberikan reinforcement bila respon tersebut muncul
dalamsituasi yang tidak sesuai. Contohnya pada percobaan burung merpati tadi.
Makanan sebagai reinforcer hanya diberikan bila yang menyala lampu hijau.
Sedangkan bila yang menyala lampu merah, reinforcer tidak diberikan. Pemasangan
lampu merah dan hijau ini dilakukan secara berturut-turut,
hijau-merah-hijau-merah, dst, atau makanan-tidakada-makanan-tidak ada, dst.
Oleh karena itu teknik ini disebut dengan prosesdikriminasi
"go-no-go".
Reinforcement Negative dan
Escape Learning
Escapelearning adalah prosesbelajar yang
didasarkan pada pengkondisian operan dengan teknik pemberianreinforcer negatif.
Contohnya dapat kita lihat melalui penelitian terhadapseekor tikus di dalam
kotak percobaan yang terdiri dari sebuah kandang yangmemiliki dua tingkat
tempat tikus berdiri. Bila tikus turun dari tingkat keduake tingkat pertama,
maka tikus akan mengalami kejutan listrik. Oleh sebab itu tikus berusaha untuk
naik kembali ke tingkat dua. Perilaku seperti itulah yangdisebut dengan proses
belajar escape (melarikan diri) yangdidasarkan pada pemberian reinforcer
negatif pada pengkondisian operan.
Avoidance Learning
Avoidance learning adalah proses belajar untuk
menghindari reinforcement negatif. Caranya dengan menghadirkan suatu stimulus
sebelum pemberian reinforcer negatif. Pada contoh percobaan di atas, tikus
diberi sebuah bel atau buzzer sebelumdiberi kejutan listrik. Setelahterjadi
proses belajar, dengan mendengar buzzer saja tikus sudah berusaha naik ke
tingkat dua agar tidak terkena kejutan listrik. Oleh karena itu proses belajar
yang demikian disebut dengan avoidance learning (proses belajar untuk
menghindarkan diri dari reinforcer negatif)
Punishment
Punisher adalah stimulus atau kejadian dimana
jika diberikan pada suatu respon akan menurunkan kemungkinan respon tersebut
akan muncul kembali.
Punishment adalah penggunaan punisher
untuk menekan atau menghentikan suatu trespon agar tidak muncul kembali.
Positive Punishment (juga disebut "Hukuman
dengan rangsangan tidak terduga") muncul ketika suatu prilaku (respon)
diikuti oleh suatu rangsangan tidak menyenangkan, sepertimemperkenalkan
setruman atau suara keras, menghasilkan prilaku yang tidak diinginkan berkurang
atau seseorang dipukul karena salah.
Negative Punishment (juga disebut "Hukuman
dengan pengambilan tidakterduga" muncul ketika suatu perilaku (respon)
diikuti dengan membuang rangsangan yang menyenangkan, seperti mengambil mainan
anak-anak bersama perilaku yang tidak diinginkan, menghasilkan perilaku yang
tidak diinginkan berkurang, pemotongan uang jajan.
Sejarah Munculnya Teori Kondisioning Operan B.F
Skinner
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai
awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Waktu itu model kondisian
klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuatpada pelaksanaan
penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive
behavior (tingkah laku purposive) dandrive stimuli (stimulus
dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan
atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R
dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat
kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang
terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana
organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku
menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh
terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu
merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan
dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa
menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian
psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner
menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari
Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma
yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas
kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku
operan.
C. Teori Belajar Skinner
Teori Skinner sering juga disebut dengan operant
conditioning. Dinamakan teori Skinner karena penelitian pada teori ini
dilakukan oleh seorang ilmuan bernama lengkap Burhuss Frederic Skinner. Dialahir pada tanggal 20 Maret 1904
di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang
pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia
merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan
yang stabil, dimana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Sebelum
membahas lebih mendalam mengenai Teori Skinner ini, terlebih dahulu akan
dibahas mengenai Teori Conditioning.
Mula-mula teori Conditioning ini
dipelopori oleh Ivan Pavlov (1927), kemudian dikembangkan oleh Watson (1970).
Percobaan yang dilakukan Pavlov terhadap anjingnya menggambarkan bahwa belajar
dilakukan dengan mengasosiasikan suatu ganjaran (reward) dengan
rangsangan (stimulus) yang mendahului ganjaran itu. Perangsang bersyarat
dan perangsang tidak bersyarat merupakan pengkondisian (conditioning) di
dalam proses pembentukan perilaku. Watson mengembangkan teori ini melalui
percobaan tentang gejala takut pada anak, dengan menggunakan tikus putih.
Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses yang disebabkan oleh adanya
syarat tertentu yaitu berupa rangsangan. Pengkodisian (conditioning)
dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi terhadap perangsang tertentu
menimbulkan proses belajar.
Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga
memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons, tetapi
berbeda dengan kedua ilmuan yaitu Pavlov dan Watson. Skinner kurang setuju
dengan teori dari Pavlov. Skinner menyatakan bahwa teori Pavlov hanya berlaku
bagi interaksi antara stimulus dan respons yang sederhana saja. Padahal manusia
dalam menjalankan fungsinya memerlukan prilaku yang kompleks yang
mempersyaratkan terjadinya interaksi stimulus dan respons yang kompleks pula.
Dengan demikian, interaksi stimulus-respons dalam diri seorang individu
tidaklah sesederhana itu.
Menurut Skinner, kunci untuk memahami perilaku
individu terletak pada pemahaman terhadap hubungan antara stimulus satu dengan
stimulus lainnya, respons yang dimunculkan, dan juga berbagai konsekuensi yang
diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner setuju dengan pendapat Watson yang
mengatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku.
Ada enam asumsi dasar dari teori Operant
Conditioning ini, yaitu :
1) Hasil
belajar merupakan perilaku yang dapat diamati
2) Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar secara fungsional berhubungan dengan perubahan
situasi dalam lingkungan atau suatu kondisi
3) Hubungan
antara perilaku dan lingkungan dapat ditentukan hanya jika elemen-elemen
perilaku dan kondisi percobaan diukur secara fisik dan diamati perubahannya
dalam situasi yang terkontrol ketat
4) Data yang
dihasilkan oleh percobaan-percobaan trhadap perilaku merupakan satu-satunya
data yang dapat dipergunakan untuk mengkaji alasan munculnya suatu perilaku.
5) Sumber
data yang paling tepat adalah perilaku dari masing-masing individu.
6) Dinamika
interaksi antara individu dengan lingkungannya bersifat relatif sama untuk
semua jenis makhluk hidup.
Skinner mengembangkan teori operant
conditioning ini melalui percobaan terhadap burung dan kotak yang
dilengkapi pengungkit. Apabila pengungkit itu kena tekanan maka ia dapat
mengeluarkan makanan. Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu :
1) Respondent response (reflexive response), yaitu
respons yang ditimbulkan oleh prangsang-perangsang tertentu.
Perangsang-perangsang yang demikian itu, yang disebut eliciting stimuli,
menimbulkan respons-respons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang
menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang
demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.
2) Operant Response (instrumental response), yaitu respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang
demikian itu disebut reinforcing stimuli ataureinforceri, karena
perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya
memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang
anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan
menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Dalam kenyataannya, respons jenis pertama itu (respondent
response atau respondent behavior) sangat terbatas adanya
pada manusia dan karena adanya hubungan yang pasti antara stimulus dan respons
kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah kecil. Sebaliknya, operant
response atau instrumental behavior merupakan bagian
terbesar daripada tingkah laku manusia, dan kemungkinannya untuk memodifikasi
\boleh dikatakan tak terbatas. Fokus teori Skinner adalah pada respons atau
jenis tingkah laku yang kedua ini; soalnya ialah bagaimana menimbulkan,
mengembangkan dan memodifikasikan tingkah laku tersebut. Jika disederhanakan
prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioningitu
adalah sebagai berikut :
1) Dilakukan
identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reinforcer (hadiah)
bagi tingkah laku yang akan dibentuk itu.
2) Dilakukan
analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah
laku yang dimaksud. Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat
untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
3) Dengan
mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing
-masing komponen itu.
4) Melakukan
pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan komponen-komponen yang telah
tersusun itu. Kalau komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya
diberikan; hal ini akan mengakibatkan komponen itu makin cenderung untuk sering
dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk, dilakukannya komponen kedua yang diberi
hadiah (komponen pertama tidak lagi memerlukan hadiah); demikian
berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan
komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya, sampai seluruh tingkah laku yang
diharapkan terbentuk.
Dalam kenyataan, prosedur penyederhanaan operant
conditioning banyak variasi dan lebih kompleks.Komponen proses belajar
menurut Skinner terdiri dari stimulus yang diskriminatif (discriminative
stimulus) dan penguatan (positif, negatif, dan hukuman) untuk menghasilkan
respons (perubahan tingkah laku). Stimulus yang diskriminatif menurut Skinner
merupakan stimulus yang selalu hadir untuk pemunculan suatu respons. Kunci
berwarna merah merupakan stimulus yang diskriminatif dalam percobaan Skinner
terhadap burung merpati. Jika merpati mematuk kunci merah maka merpati akan
memperoleh makanan. Setelah beberapa kali pengulangan, jika kunci diganti warna
maka merpati tidak akan mematuk. Makanan dalam hal ini berfungsi sebagai faktor
penguatan. Kemungkinan pemunculan respons dapat dimaksimalkan dengan kehadiran
stimulus yang diskriminatif. Jika ada stimulus lain yang memiliki persamaaan
dengan stimulus diskriminatif maka respons dapat dimunculkan kembali
Skinner juga membuat eksperimen dalam
laboratoriumnya dengan memasukkan tikus kedalam kotak yang disebut Skinner
Box. Kotak ini sudah dilengkapi dengan berbagi perlengkapan yaitu
tombol, alat pemberi makan, penampung makanan, lampu yang diatur nyalanya dan
lantai yang dialiri oleh listrik. Karena dorongan lapar sang tikus (hunger
drive), si tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus itu bergerak kesana-kemari untuk
keluar dari box, tidak sengaja tikus itu menekan tombol sehingga makanan
keluar. Secara terjadwal, diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan
perilaku yang di tunjukkan oleh tikus tersebut, sehingga proses ini disebut
shapping. Tujuan dari eksperimen ini sendiri adalah bahwa unsur terpenting
dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk
melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Selain
itu menghasilkan hukum-hukum dari teori belajar yaitu:
1) Law of
operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku yang diiringi dengan
stimulus penguat, maka perilaku itu menguat.
2) Law of
operant of extinction, yaitu jika timbulnya operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat , maka perilaku itu
akan menurun.(John W. satrock, 2007).
Jika dalam teori Thorndike dikenal konsep reward,
maka dalam teori Skinner menganggapreinforcement merupakan faktor
penting dalam belajar. Reinforcement (penguatan) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Dan Punishment (hukuman) adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan boleh jadi kompleks.
Penguatan berarti memperkuat. Secara umum reinforcement (penguatan)
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Dari
Segi Jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua kategori,
yaitu:
Reinforcemen
primer yaitu reinforcemen yang berupa kebutuhan dasar manusia seperti;
makanan, air, keamanan, dan kehangatan.
Reinforcemen
sekunder yaitu reinforcemen yang diasosiasikan dengan reinforcemen
primer, seperti; uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia
belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli kue kesukaannya.
b. Dari Segi
Bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu:
Penguatan
Positifadalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk
penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll) dan berupa
perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan,
mengacungkan jempol, atau penghargaan).
Penguatan
Negatifadalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak
senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, dll).
c. Waktu
pemberian reinforcemen, ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen, yaitu:
Fixed
Rtio (FR) adalah salah satu skedul pemberian reinforcemen ketika
reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Misalnya, seorang guru
mengatakan “kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan
cepat dan benar, maka kalian boleh pulang dahulu”.
Variabel-Ratio
(VR) adalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbgai macam
reinforcemen, dari reinforcemen satu ke reinforcemen yang lain.
Fixed
Interval (FI), yang diberikan ketika seorang menunjukkan prilaku yang
diinginkan pada waktu tertentu.
Variabel
Interval (VI) yaitu reinforcemen yang diberikan tergantung pada waktu
dan sebuah respons. Tetapi antara waktu dan reinforcemen bermacam-macam.
Satu cara untuk mengingat perbedaan
antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam
penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dan
rangsangannya makin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Dalam
penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan serta
menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. Adalah mudah
mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu,
ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Skiner
menekankan bahwa hukuman dapat menghasilkan tiga dampak yang tidak diharapkan,
yaitu hukuman hanya bersifat sementara dalam menghilangkan respons yang tak
diinginkan, hukuman dapat mengakibatkan timbulnya perasaanyang tidak
mengenakkan, sepert malu, rasa bersalah, dll, dan hukuman dapat meningkatkan
pemunculan perilaku yang dianggap mengurangi hadirnya stimulus yang tidak
menyenangkan. Secara umum, hukuman tidak menghasilkan perilaku yang positif.
Oleh karena itu, Skinner lebih menganjurkan penggunaan penguatan daripada
hukuman jika ingin memperoleh respons yang benar.
Berikut ini disajikan contoh dari konsep
penguatan positif, negatif, dan hukuman. Contoh dari konsep penguatan positif,
negatif, dan hukuman( John W. Satrock, 2007).
Penguatan positif
|
||
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
|
Konsekuensi
Guru menguji murid
|
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
|
Penguatan negatif
|
||
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
|
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid menyela guru
|
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
|
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
|
Penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam
kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman,
perilakunya berkurang.
|
Teori Skinner tidak hanya mencakup penjelasan
terhadap proses belajar sederhana, namun juga proses belajar yang kompleks,
yang dikenal dengan nama shaping (pembentukan). Proses shaping yang
dilakukan secara bertahap akan menghasilkan penguasaan terhadap perilaku yang
kompleks melalui perancangan (manipulasi) stimulus yang diskriminatif dan
penguatan. Menurut Skinner, proses shaping dapat menghasilkan
perilaku yang kompleks yang tidak memiliki kemungkinan untuk diperoleh secara
alamiah atau dengan sendirinya. Shaping yang berkelanjutan
yang dilakukan untuk memperoleh perilaku kompleks, disebut dengan program oleh
Skinner. Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat
disimpulkan bahwa :
a) Setiap
langkah dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek, berdasarkan tingkah
laku yang pernah dipelajari sebelumnya.
b) Untuk
setiap langkah yang pendek tersebut disediakan penguatan yang dikontrol dengan
hati-hati.
c) Penguatan
harus diberikan sesegera mungkin setelah respons yang benar dimunculkan.
d) Stimulus
diskriminatif perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat diperoleh perampatan
stimulus dan peningkatan keberhasilan belajar.
Dasar teori Skinner dan perkembangan teorinya
selanjutnya menjadikan Skinner seorang penganut aliran perilaku yang mempunyai
nama dan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan teori belajar dalam
aliran perilaku. Teori Operant Conditioning dari Skinner
percaya bahwa setiap individu harus diidentifikasi karakteristik maupun
perilaku awalnya untuk suatu proses shaping. Skinner menyatakan,
bahwa perilaku dapat dibentuk (dan juga dihilangkan) sehingga (hampir) semua
orang yang memperoleh latihan yang layak akan dapat memiliki perilaku tertentu
yang diinginkan. Juga pengkondisian suatu respons sangat tergantung kepada
penguatan yang dilakukan berulang-ulang secara berkesinambungan. Skinner juga
mengemukakan bahwa manusia dapat diajar untuk berpikir atau menjadi
kreatif melalui metode pemecahan masalah yang melibatkan proses
identifikasi masalah secara tepat (labeling), dan proses mengaktifkan
strategi (rule and or sequence) untuk memanipulasi variabel dalam
masalah tersebut sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.
Implementasi Teori Belajar
B.F. Skinner dalam Pembelajaran
Penggunaan teori Skinner ini diimplementasikan
dalam proses pembelajaran dikelas sebagai berikut :
1) Bahan yang
dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2) Hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
3) Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4) Materi
pelajaran digunakan sistem modul.
5) Tes lebih
ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
6) Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7) Dalam
proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8) Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
9) Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10) Hadiah diberikan kadang-kadang
(jika perlu)
11) Tingkah laku yang diinginkan,
dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12) Dalam pembelajaran sebaiknya
digunakan shaping.
13) Mementingkan kebutuhan yang akan
menimbulkan tingkah laku operan.
14) Dalam belajar mengajar
menggunakan teaching machine.
15) Melaksanakan mastery
learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat
sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar