Robert
M. Gagne
Robert Mills Gagne (21 Agustus 1916 s.d
28 April 2002), Gagne lahir di Andover Utara, Massachusetts. Ia mendapatkan
gelar A.B dari Universitas Yalepada tahun 1937 dan gelar Ph.D dari Universitas
Brown pada tahun 1940. Dia adalah seorang Professor dalam bidang psikologi dan
psikologi pendidikan di Connecticut College khusus wanita (1940-1949),
Universitas Negara bagian Pensylvania (1945-1946), Professor di Departemen
penelitian pendidikan di Universitas Negara bagian Florida di Tallahasse mulai
tahun 1969. Gagne juga menjabat sebagai direktur riset untuk angkatan udara
(1949-1958) di Lackland, Texas dan Lowry, Colorado. Ia pernah bekerja sebagai
konsultan dari departemen pertahanan (1958-1961) dan untuk dinas pendidikan
Amerika Serikat (1964-1966), selain itu ia juga bekerja sebagai direktur riset
pada Institut penelitianAmerika di Pittsburgh (1962-1965). Hasil kerja Gagne
memiliki pengaruh besar pada pendidikan Amerika dan pada pelatihan militer dan
industri. Gagne dan L. J. Briggs ada diantara pengembangan awal dari teori
desain sistem instruksional yang menunjukkan bahwa semua komponen dari
pelajaran atau periode instruksi dapat dianalisis dan semua komponen yang dapat
dirancang untuk beroperasi bersama-sama sebagai suatu rencana untuk pengajaran.
Teori Belajar Gagne
A. Teori Belajar Menurut Robert M.
Gagne
Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan
lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu
seseorang. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar
itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut,
dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan
sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat
menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar,
situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari
stimulasi
B. Sistematika ”Delapan Tipe
Belajar”
Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
1. Tipe belajar tanda
(Signal learning)
Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa yang dikemukakan
oleh Pavlov. Semua jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal.
2. Tipe belajar rangsang-reaksi
(Stimulus-response learning)
Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe ini, timbulnya
respons juga karena adanya dorongan yang datang dari dalam serta adanya
penguatan sehingga seseorang mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang.
3. Tipe belajar berangkai (Chaining
Learning)
Pada tahap ini terjadi serangkaian hubungan stimulus-respons, maksudnya
adalah bahwa suatu respons pada gilirannya akan menjadi stimulus baru dan
selanjutnya akan menimbulkan respons baru.
4. Tipe belajar asosiasi verbal
(Verbal association learning)
Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya
yaitu memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang.
5. Tipe belajar membedakan
(Discrimination learning)
Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar
objek-objek yang terdapat dalam lingkungan fisik.
6. Tipe belajar konsep (Concept
Learning)
Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau
pengertian tentang suatu yang mendasar.
7. Tipe belajar kaidah
(RuleLearning)
Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan
beberapa konsep.
8. Tipe belajar pemecahan masalah
(Problem solving)
Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan
suatu permasalahan.
C. Sistematika “Lima Jenis
Belajar”
Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar,
dimana isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe
belajar.
Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal,
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan
motorik, dan sikap.
1. Informasi verbal (Verbal
information)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam
bentuk bahasa, lisan, dan tertulis.
2. Kemahiran intelektual
(Intellectual skill)
Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup
dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan
berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar).
3. Pengaturan kegiatan
kognitif (Cognitive strategy)
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan
berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan
kesulitan yang sama.
4. Keterampilan motorik (Motor
skill)
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu.
5. Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil
tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.
D. Fase-Fase Belajar
Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4
buah fase dalam proses belajar, yaitu:
1. Fase penerimaan
(apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada
beberapa langkah.
2. Fase penguasaan
(Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum
3. Fase pengendapan
(Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga
dapat digunakan bila diperlukan.
4. Fase pengungkapan
kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah
dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud untuk
digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan.
E. Implikasi Teori Gagne dalam
Pembelajaran
1. Mengontrol perhatian
siswa.
2. Memberikan informasi
kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru.
3. Merangsang dan
mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
4. Penyajian stimuli
yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
5. Memberikan bimbingan
belajar.
6. Memberikan umpan
balik.
7. Memberikan kesempatan
pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah dicapainya.
8. Memberikan kesempatan
untuk berlangsungnya transfer of learning.
9. Memberikan kesempatan
untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan yang baru diberikan.
Menurut Gagne ada empat komponen penting
dalam proses pembelajaran, yaitu Fase-fase pembelajaran, Hirarki hasil belajar, Kondisi atau tipe pembelajaran, Kejadian-kejadian instruksional.
1. Fase-fase Pembelajaran
Gagne membagi proses belajar berlangsung
dalam empat fase utama, yaitu: (a) receiving the stimulus situation
(apprehending), (b) stage of acquisition, (c) storage, (d) retrieval.
Fase Receiving the stimulus situation
(apprehending), merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu
kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian
ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Misalnya “golden eye” bisa
ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat
spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa
memperhatikan apa yang akan diucapkan.
Fase Stage of Acquition, pada fase ini
seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh
sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan
pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa membentuk
asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
Fase storage/retensi adalah fase
penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang
dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek
dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
Fase Retrieval/Recall, adalah fase
mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.
Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan
hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu
informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan
baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih
mudah dipanggil.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap
tidak utama, yaitu (e) fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan
motivasi kepada siswa untuk belajar, (f) fase generalisasi adalah fase transfer
informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa
dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut. (g) Fase
penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang
nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam
bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar, dan (h) fase umpan balik, siswa
harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).
2. Hirarki Hasil Belajar
Setelah selesai belajar, penampilan yang
dapat diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan (capabilities).
Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai
kemampuan tersebut berbeda-beda. Kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil
belajar yang diberikan Gagne yaitu Verbal Information (informasi verbal) dan Intellectual
skills (keterampilan intelektual).
Invormasi verbal adalah kemampuan siswa
untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan
kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya yang
bersifat verbal. Informasi verbal meliputi : Cap Verbal : Kata yang dimiliki
seseorang untuk menunjukkan pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya kata
”kursi” untuk benda tertentuData/fakta : Kenyataa yang diketahui, misalnya
”Negara Indonesia dilalui khatulistiwa. Jadi yang memiliki pengetahuan tertentu,
berkemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu dalam bentuk bahasa yang
memadahi, sehingga dapat dikomunikasikan pula kepada orang lain. Mempunyai
informasi verbal memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa
sejumlah pengetahuan orang tidak dapat mengatur kehidupannya sehari-hari dan
tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain secara berarti. Misalnya, ibu rumah tangga
memiliki seperangkat pengetahuan tentang mengurus kerumahatanggaan, seorang
hakim memiliki pengetahuan tentang memimpin sidang. Makin luas pengetahuan
seseorang tentang bidang studi yang menjadi spesialisasinya, makin besar
kemungkinan dia berkembang menjadi seorang ahli dalam bidang tersebut
Intellectual skills (keterampilan
intelektual). Keterampilan intelektual merupakan penampilan yang ditunjukkan
siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Keterampilan
intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui
pengunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan
intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya.
Keterampilan intelek bisa dijelaskan sebagai sesuatu yang mencakup
"struktur pendidikan formal yang bersifat dasar pada waktu yang sama
bersifat paling luas jangkauannya. Akan tetapi, tidak seperti
halnya informasi berupa fakta, ketrapilan intelektual tidak dapat dipelajari
hanya dengan mendengarkannya atau melihatnya. Beda pokok antara informasi dan
ketrampilan intelek ialah beda antara mengetahui bahwa dan mengetahui
bagaimana. Siswa belajar bagaimana menjumlahkan bilangan bulat, bagaimana
membuat agar kata kerja cocok dengan pokok kalimat dan ketrampilan-ketrampilan
lain yang tidak terbilang banyaknya. Kategori kemahiran intelektual terbagi
atas empat subkemampuan, yaitu :
a. Diskriminasi Jamak
Berdasarkan pengamatan yang cermat terhadap berbagai
obyek, orang mampu membedakan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain.
Contoh; Menyebutkan merk mobil-mobil yang lewat di jalan.
b. Konsep
Suatu arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai
ciri-ciri yang sama.
c. Kaidah
Bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu satu sama
lain, terbentuk suatu ketentuan yang mempresentasikan suatu keteraturan
d. Prinsip
Dalam prinsip telah terjadi kombinasi dari berbagai
kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih
kompleks.
Gagne
mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu
bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorig. Penampilan-penampilan
yang diamati sebagai hasil-hasil dasar disebut kemampuan-kemampuan atau
kapabeliti.
Menurut
Gagne ada lima kemampuan-kemampuan, yaitu kemampuan pertama disebut
kemempuan-kemampuan intelektual, karena keterampilan itu merupakan penampilan-penampilan
yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi-operasi intelekual yang dapat
dilakukannya. Kemampuan kedua meliputi penggunaan strategi-strategi
kognitif, nomor tiga, berhubungan dengan sikap atau memungkinkan sekumpulan
sikap-sikap yang dapat ditunjukkan oleh prilaku yang mencerminkan pilihan
tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains. Nomor empat dari hasil belajar gagne
ialah informasi verbal, dan yang terakhir adalah keterampilan-keterampilan
motorik
1. Cognitive
strategies (strategi kognitif)
Strategi Kognitif merupakan suatu macam keterampilan intelektual khusus
yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol
yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian,
belajar, mengingat dan berpikir. Kapabilitas ini mempengaruhi siasat si belajar
dalam mencari dan menemukan kembali hal-hal yang disimpan dan dalam
mengorganisasi respons-responsnya.
Tidak seperti halnya informasi verbal dan
ketrampilan intelek, yang ada kaitannya langsung dengan isi, obyek siasat
kognitif ialah proses berfikir pelajar sendiri. Ciri yang penting yang lain
siasat kognitif ialah bahwa tidak seperti halnya ketrampilan intelek, siasat
itu tidak terpengaruh secara kritis oleh pelaksanaan pembelajaran, menit demi
menit. Kebalikannya, siasat kognitif itu terbentuk dalam jangka waktu yang
nisbi lama. Ketrampilan siasat kognitif sampai derajat tertentu dapat di
kembangkan menjadi lebih baik dengan pendidikan formal, dan orang menjadi
pelajar dengan belajar sendiri dan pemikir yang mandiri.
Orang yang mampu mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri di bidang
kognitif, akan jauh lebih efesien dan efektif dalam mempergunakan semua konsep
dan kaidah yang pernah dipelajari, dibandingkan dengan orang yang tidak berkemampuan
demikian.
Contoh; prakarsa OSIS akan
siselelnggarakan malam kesenian. Sekelompok orang diberi tugas mencari dana
tambahan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut. Panitia pencri dana ini akan
mengadakan rapat untuk menentukan bagaimana cara bagaimana dana tambahan itu
dapat dicari. Dengan demikian kelompok siswa itu mengatur dan mengarahkan
kegiatan kognitifnya sendiri dalam menghadapai problem pencarian dana.
2. Motor Skills (keterampilan motorik)
Ialah kapabilitas yang mendasari
pelaksanaan perbuatan jasmaniah secara mulus. Termasuk disini ialah
ketrampilan-ketrampilan sederhana yang dipelajari orang pada awal usianya,
seperti memakai baju dan mengeluarkan suara tutur yang disampaikan.
Ditahun-tahun permulaan sekolah, ketrampilan motor yang paling penting,
misalnya menulis huruf-huruf dan mengambar lambang-lambang, bermain lompat
tali, mengatur keseimbangan badan ketika bermain jalan di palang. Di kemudian
hari ketrampilan gerak meliputi contoh belajar mengusai
ketrampilan-ketrampialan yang berpisah-pisah dalam kegiatan seperti bermain
tennis, bola basket dan olah raga lainnya.
Ciri umum dari semua ketrampilan ini
adalah adanya persyaratan untuk mengembangkan kemulusan bertindak, presisi dan
pengaturan waktu. Untuk perbuatan orang yang baru bisa dan ahli berbeda dalam
hal cirri-ciri itu.
Sifat istimewa dari ketrampilan motorik ialah bahwa ketrampilan ini bisa
bertambah sempurna melalui praktek atau dilatihkan. Syaratnya ialah
pengulangan-pengulangan gerak dasar disertai balikan dari lingkungan. Dengan
cara ini si belajar mengenal pengisyarat kinestetik yang memberi tanda-tanda
isyarat untuk membedakan performansi yang tidak tepat dari yang tidak
mengandung kesalahan.
3. Attitude (sikap-sikap)
Ialah kapabilitas yang mempengaruhi
pilihan tentang tindakan mana yang diambil, akan tetapi ciri-ciri yang penting
adalah bahwa sikap tidak menentukan apa tindakan khusus tertentu yang akan
diambil. Alih-alih, sikap hanya menentukan lebih kurang adanya kemungkinan
suatu kelas tindakan tertentu akan dilakukan. Misalnya, siswa mengembangkan
sikap baca buku atau pembuatan benda-benda seni. Belajar memperoleh sikap
didasarkan atas informasi tentang tindakan-tindakan apa yang mungkin dilakukan
dan apa akibatanya.
Orang yang bersikap tertentu, cenderung
menerima atau menolah suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu,
berguna/berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai ”baik untuk saya” di
mempunyai sikap positif, bila obyek dinilai ”jelek untuk saya” dia mempunyai
sikap negatif. Misalnya, siswa yang memandang belajar dsi sekolah sebagai
sesuatu yang bermanfaat baginya, memiliki sikap yang posifif terhadap belajar
di sekolah, dan sebaliknya kalau siswa memandang belajar di sekolah sebagai
sesuatu yang tidak berguna.
3. Kondisi atau Tipe Pembelajaran
Ada delapan kondisi atau tipe pembelajaran:
1. Signal learning (belajar isyarat)
Belajar isyarat merupakan proses belajar melalui
pengalaman-pengalaman menerima suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan
tertentu. Misalnya ada “Aba-aba siap” merupakan isyarat untuk mengambil sikap
tertentu, tersenyum merupakan isyarat perasaan senang.
2. Stimulus-response learning (belajar
melalui stimulus-respon)
Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau
respon tertentu yang diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui
pengalaman yang berulang-ulang dengan stimulus tertentu sesorang akan
memberikan respon yang cepat sebagai akibat stimulus tersebut.
3. Chaining (rantai atau rangkaian)
Chaining atau rangkaian, terbentuk dari hubungan
beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi.
Misalnya : Pulang kantor, ganti baju, makan, istirahat.
4. Verbal association (asosiasi verbal)
Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan
menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian verbal tertentu. Misalnya : seseorang
mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bola dlsbnya. Lalu
merangkai itu menajdi suatu pengetahuan geometris, sehingga seseorang dapat
mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.
5. Discrimination learning (belajar
diskriminasi)
Belajar diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu
dengan sesuatu yang lainnya, dapat membedakan manusia yang satu dengan manusia
yang lainnya walaupun bentuk manusia hampir sama, dapat membedakan merk sepeda
motor satu dengan yang lainnya walaupun bentuknya sama. Kemampuan diskriminasi
ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-kadang jika jaringan yang terlalu
besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak mampu membedakan.
6. Concept learning (belajar konsep)
Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia
untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan
menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang bisa melakukan tetapi sangat
terbatas, manusia dapat melakukan tanpa terbatas berkat bahasa dan kemampuan
mengabstraksi. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya
menurut konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dllnya
7. Rule learning (belajar aturan)
Belajar model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak
aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang telah mengenyam pendidikan.
Misalnya : angin berembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan
lainnya. Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh yang konkrit.
8. Problem solving (memecahkan masalah)
Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang
biasa yang dilakukan manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving bayak
sekali. Untuk memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau
pengetahuan dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat
melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus memiliki
konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk memecahkannya dan suatu
strategi untuk memberikan arah kepada pemikirannya agar ia produktif.
4. Peristiwa-peristiwa Pembelajaran
Apakah yang terjadi dalam mengajar?
Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondisi ekstern. Kondisi
ekstern merupakan satu bagian dari proses belajar, namun termasuk tugas guru
yang utama dalam mengajar.
Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne
terkenal dengan “Nine instructional events” atau Sembilan kondisi intruksional
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Gain attention (memelihara perhatian)
Dengan stimulus ekster kita berusaha membangkitkan
perhatian dan motivasi siswa untuk belajar.
2. Inform learners of objectives (penjelasan
tujuan pembelajaran)
Menjelaskan kepada murid tujuan dan hasil apa yang
diharapkan setelah belajar. Ini dilakukan dengan komunikasi verbal.
3. Stimulate recall of prior learning
(merangsang murid)
Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep,
aturan dan keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang
akan diberikan.
4. Present the content (menyajikan stimulus)
Menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan
pelajaran sehingga murid menjadi lebih siap menerima pelajaran.
5. Provide "learning guidance"
(memberikan bimbingan)
Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar
6. Elicit performance /practice (pemantapan
apa yang dipelajari)
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan
latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
7. Provide feedback (memberikan feedback)
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan
kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
8. Assess performance (menilai hasil belajar)
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan
kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran
itu dengan memberikan beberapa soal.
9. Enhance retention and transfer to the job
(mengusahakan transfer)
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh
tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat
menggunakannya dalam situasi-situasi lain.
Dalam mengajar hal di atas dapat terjadi
sebagian atau semuanya, Proses belajar sendiri terjadi antara peristiwa nomor 5
dan 6. Peristiwa-peristiwa itu digerakkan dan diatur dengan perantaraan
komunikasi verbal yakni guru mengatakan kepada murid apa yang harus
dilakukannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar